Sebagai analis data NBA berbasis Chicago dengan 7 tahun pengalaman, saya mengungkap mengapa pilihan teratas draft ini didasarkan pada hypes, bukan data. Keberhasilan sejati ada di lapangan, bukan di citra.

Dengan pendekatan data-driven, saya menganalisis laga Los Angeles vs Flamengo dan Tunis Hope vs Chelsea menggunakan model Python. Pola permainan, kurva possession, dan statistik tembakan diungkap tanpa hiperbola—hanya fakta yang berbicara.

Sebagai analis Chicago dengan dekade pengalaman memodelkan NBA, saya tahu: angka tak pernah berbohong. Pemain tersembunyi seperti Cooper Flagg dan VJ Edgecombe menang karena pertahanan, bukan skor. Ini bukan hype—ini kebenaran data.

Berdasarkan analisis data selama 10 tahun, saya melihat bahwa pertandingan dengan skor rendah bukan kebetulan—tapi strategi bertahan yang sempurna. Minggu ke-12 membuktikan bahwa pertahanan mengalahkan serangan.

Sebagai analis data olahraga selama delapan tahun, saya melihat bagaimana mitos kehebatan sering mengalahkan statistik. Keunggulan Jordan bukan cuma cincin—tapi pengaruh sistemik yang bertahan jauh lebih lama dari kenangan.

Seorang analis olahraga lulusan Oxford membongkar mengapa penggemar salah menggabungkan Beckert dan Snayn dengan Jordan dan James—menukar sepak bola untuk basket demi menciptakan mitos. Ini bukan soal angka, tapi identitas.